كتاب بدء الوحى | باب كَيْفَ كَانَ بَدْءُ الْوَحْىِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
Kitab 1 | Permulaan Wahyu
Bab 1 | Bagaimana permulaan turunnya Wahyu kepada Rasulullah ﷺ
Nomor 1 / 7563 | Versi :
Fathul Bari: Ibn Hajar Al-Asqolani;
Al-Lu'Lu' wal Marjan: M. Fu'ad Abdul Baqi'
Nomor 1 / 7008 | Versi:
Dar Tuq An-Najah
MSA-USC
Nomor 1 / 2752 | Versi:
Mukhtashar - Al-Albani
SHAHIH menurut: Ijma' Ulama
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah Ummul Mu'minin radliallahu 'anha bahwa dia berkata:
"Wahyu yang pertama kali datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah melalui mimpi yang benar di waktu tidur. Tidaklah Beliau bermimpi kecuali mimpi itu datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dijadikan suka menyendiri, lalu Beliau berkhalwat di Gua Hira'. Beliau bertahannuts di sana yaitu beribadah di malam hari selama beberapa malam sebelum kembali kepada keluarganya. Beliau membawa bekal untuk itu, kemudian kembali kepada Khadijah lalu kembali lagi membawa bekal untuk bertahannuts seperti itu pula, hingga datanglah Al Haq (kebenaran) saat Beliau berada di Gua Hira'. Malaikat datang kepada Beliau lalu berkata: "Bacalah!". Beliau menjawab: "Aku tidak bisa membaca". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan: "Maka malaikat itu memegangku lalu mendekapku erat-erat hingga aku kepayahan kemudian dia melepaskanku dan berkata lagi: "Bacalah!". Aku menjawab: "Aku tidak bisa membaca". Maka malaikat itu memegangku lalu mendekapku erat-erat untuk kedua kalinya hingga aku kepayahan kemudian dia melepaskanku dan berkata lagi: "Bacalah!". Aku menjawab: "Aku tidak bisa membaca". Maka malaikat itu memegangku lalu mendekapku erat-erat untuk ketiga kalinya kemudian dia melepaskanku dan berkata: "{Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah}. (QS. Al 'Alaq: 1-3)". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dengan membawa wahyu itu dalam keadaan gemetar seluruh tubuhnya, lalu Beliau masuk menemui Khadijah binti Khuwailid radliallahu 'anha dan berkata: "Selimuti aku, selimuti aku!". Maka mereka menyelimuti Beliau hingga hilang rasa takutnya, lalu Beliau berkata kepada Khadijah dan menceritakan seluruh kejadian yang baru dialaminya: "Sungguh aku khawatir terhadap diriku". Maka Khadijah berkata: "Sekali-kali tidak. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang selalu menyambung tali silaturahmi, memikul beban orang lain, membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu dan menolong orang yang membela kebenaran". Kemudian Khadijah pergi membawa Beliau hingga sampai kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, yaitu anak paman Khadijah, dan dia adalah seorang laki-laki yang beragama Nasrani di zaman Jahiliyah. Dia pandai menulis kitab Ibrani, dia menulis Injil dalam bahasa Ibrani sekehendak Allah. Dia adalah seorang yang sudah tua dan matanya sudah buta. Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini!". Waraqah berkata: "Wahai anak saudaraku, apa yang telah kamu lihat?". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan kepadanya semua yang telah Beliau lihat. Waraqah berkata: "Itulah Namus (Malaikat Jibril) yang telah Allah turunkan kepada Musa 'alaihis salam. Wahai, seandainya aku masih muda saat itu. Wahai, seandainya aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu!". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah mereka akan mengusirku?". Dia menjawab: "Ya. Belum pernah ada seorang pun yang datang membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali dia akan dimusuhi. Dan jika aku mendapati hari itu, pasti aku akan menolongmu dengan pertolongan yang besar". Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu."
--------
Permulaan Wahyu Ilahi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah berupa mimpi baik yang menjadi kenyataan seperti cahaya siang yang terang, dan kemudian kecintaan terhadap kesunyian dianugerahkan kepadanya. Beliau biasa menyendiri di gua Hira, tempat beliau beribadah (hanya kepada Allah) terus menerus selama beberapa hari sebelum keinginannya untuk melihat keluarganya. Beliau biasa membawa bekal perjalanan untuk tinggal dan kemudian kembali kepada (istrinya) Khadijah untuk mengambil makanannya lagi seperti itu sampai tiba-tiba Kebenaran turun kepadanya ketika beliau berada di gua Hira. Malaikat datang kepadanya dan memintanya untuk membaca. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Aku tidak tahu bagaimana cara membaca." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menambahkan, "Malaikat menangkapku (dengan paksa) dan menekanku begitu keras sehingga aku tidak tahan lagi. Kemudian dia melepaskanku dan kembali memintaku untuk membaca dan aku menjawab, 'Aku tidak tahu bagaimana cara membaca.' Kemudian dia menangkapku lagi dan menekanku untuk kedua kalinya hingga aku tidak tahan lagi. Kemudian dia melepaskanku dan kembali memintaku untuk membaca tetapi aku kembali menjawab, 'Aku tidak tahu bagaimana cara membaca (atau apa yang harus kubaca)?' Kemudian dia menangkapku untuk ketiga kalinya dan menekanku, dan kemudian melepaskanku dan berkata, 'Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.'" (96.1, 96.2, 96.3) Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dengan Wahyu dan dengan jantung yang berdebar kencang. Kemudian beliau pergi ke Khadijah binti Khuwailid dan berkata, "Selimuti aku! Selimuti aku!" Mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya hilang dan setelah itu beliau menceritakan kepadanya semua yang telah terjadi dan berkata, "Aku khawatir sesuatu akan terjadi padaku." Khadijah menjawab, "Jangan! Demi Allah, Allah tidak akan pernah mempermalukanmu. Engkau menjaga hubungan baik dengan kerabat dan sanak saudaramu, membantu orang miskin dan terlantar, melayani tamumu dengan murah hati dan membantu mereka yang terkena musibah." Khadijah kemudian menemaninya ke sepupunya Waraqa bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, yang, selama Periode Pra-Islam menjadi seorang Kristen dan biasa menulis tulisan dengan huruf Ibrani. Dia akan menulis dari Injil dalam bahasa Ibrani sebanyak yang Allah kehendaki untuk dia tulis. Dia adalah seorang lelaki tua dan telah kehilangan penglihatannya. Khadijah berkata kepada Waraqa, "Dengarkan cerita keponakanmu, wahai sepupuku!" Waraqa bertanya, "Wahai keponakanku! Apa yang telah kamu lihat?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan apa pun yang telah beliau lihat. Waraqa berkata, "Ini adalah orang yang sama yang menyimpan rahasia (malaikat Jibril) yang telah Allah utus kepada Musa. Aku berharap aku masih muda dan dapat hidup sampai saat ketika kaummu akan mengusirmu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqa menjawab dengan tegas dan berkata, "Siapa pun (laki-laki) yang datang dengan sesuatu yang mirip dengan apa yang telah engkau bawa diperlakukan dengan permusuhan; dan jika aku tetap hidup sampai hari ketika engkau akan diusir maka aku akan mendukungmu dengan kuat." Tetapi setelah beberapa hari Waraqa meninggal dan Wahyu Ilahi juga dihentikan untuk sementara waktu.
عربي
(Arab Hijaiyah)ترجمة كل عبارة
(Terjemah per-frase)Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi 'Abdullah bin Az Zubair, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia mendengar Alqamah bin Waqqash Al Laitsi berkata: Aku mendengar Umar bin Al Khattab radliallahu 'anhu di atas mimbar berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya setiap perbuatan hanya tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya (memperoleh) sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada urusan duniawi, (maka Allah) memberinya (duniawi itu) atau kepada seorang wanita (untuk) menikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai hanya (dengan apa yang) dia (niatkan) berhijrah kepadanya."
"Sesungguhnya setiap perbuatan hanya tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya (memperoleh) sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada urusan duniawi, (maka Allah) memberinya (duniawi itu) atau kepada seorang wanita (untuk) menikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai hanya (dengan apa yang) dia (niatkan) berhijrah kepadanya."
dfghsfghsfgh
srthryhh
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi 'Abdullah bin Az Zubair, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia mendengar Alqamah bin Waqqash Al Laitsi berkata: Aku mendengar Umar bin Al Khattab radliallahu 'anhu di atas mimbar berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya setiap perbuatan hanya tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya (memperoleh) sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada urusan duniawi, (maka Allah) memberinya (duniawi itu) atau kepada seorang wanita (untuk) menikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai hanya (dengan apa yang) dia (niatkan) berhijrah kepadanya."
English
Jowo
Madura
Belum Tersedia