كتاب بدء الوحى | باب كَيْفَ كَانَ بَدْءُ الْوَحْىِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
Kitab 1 | Permulaan Wahyu
Bab 1 | Bagaimana permulaan turunnya Wahyu kepada Rasulullah ﷺ
Nomor 1 / 7563 | Versi :
Fathul Bari: Ibn Hajar Al-Asqolani;
Al-Lu'Lu' wal Marjan: M. Fu'ad Abdul Baqi'
Nomor 1 / 7008 | Versi:
Dar Tuq An-Najah
MSA-USC
Nomor 1 / 2752 | Versi:
Mukhtashar - Al-Albani
SHAHIH menurut: Ijma' Ulama
Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yaman al-Hakam bin Nafi', ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib, dari az-Zuhri, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdillah bin 'Utbah bin Mas'ud, bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya, bahwasanya Heraklius pernah meminta rombongan dagang Quraisy untuk menemuinya, kebetulan saat itu mereka tengah mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam semasa berlakunya perjanjian (Hudaibiyah) antara Nabi ﷺ dengan Abu Sufyan beserta orang-orang kafir Quraisy lainnya. Saat singgah di Iliya, mereka pun berjumpa dengan Heraklius. Lantas, ia mengajak mereka berdialog di majelisnya di tengah-tengah para pembesar negeri Romawi. Di samping itu, ia juga mengundang penerjemah di sisinya. Heraklius pun berkata:
"Siapakah di antara kalian yang paling dekat hubungan nasabnya dengan seseorang yang mengaku-ngaku sebagai Nabi?" Abu Sufyan berkata: "Maka kujawab, 'Akulah orang yang paling dekat hubungan nasab dengannya.'" Heraklius melanjutkan perkataannya: "Dekatkanlah dia denganku dan juga sahabat-sahabatnya, namun bariskanlah mereka di belakangnya (Abu Sufyan)." Lalu Heraklius berkata melalui penerjemahnya, "Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya tentang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku, maka kalian harus mendustakannya." Abu Sufyan berkata: "Demi Allah, kalaulah bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku, niscaya aku akan berdusta tentang dirinya. Maka yang pertama ditanyakan kepadaku tentangnya (Nabi ﷺ) adalah, 'Bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?' Aku jawab, 'Ia dari keturunan yang mulia.'" Tanyanya lagi, "Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dirinya?" Aku jawab, "Tidak ada." Tanyanya lagi, "Apakah bapaknya seorang raja?" Jawabku, "Bukan." Tanyanya lagi, "Apakah para pengikutnya itu orang-orang yang terpandang atau orang-orang lemah?" Jawabku, "Justru para pengikutnya adalah orang-orang lemah." Tanyanya lagi, "Apakah pengikutnya bertambah atau berkurang?" Jawabku, "Justru bertambah." Tanyanya lagi, "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?" Jawabku, "Tidak ada." Tanyanya lagi, "Apakah kalian sebelumnya pernah mendapati dirinya berdusta ketika ia menyampaikan ajarannya?" Jawabku, "Tidak pernah." Dia bertanya lagi, "Apakah ia pernah ingkar janji?" Jawabku, "Tidak pernah. Kamipun semasa perjanjanjian ini dengannya, ia tidak pernah melakukan seperti itu." Abu Sufyan meneruskan perkataannya, "Tak ada lagi kata-kata yang ingin kusampaikan selain ucapan ini." Dia bertanya lagi, "Apakah kalian memeranginya?" Jawabku, "Tentu." Dia bertanya lagi, "Bagaimana tragedi perang tersebut?" Kujawab, "Perang antara kami dengannya selalu bersaing. Terkadang kami kalah, terkadang kami yang menang." Dia bertanya lagi, "Apa yang diperintahkannya kepada kalian?" Kujawab: "Ia serukan, 'Sembahlah Allah semata, dan jangankah kalian sekutukan dengan sesuatu apapun, serta tinggalkanlah apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian.' Ia juga memerintahkan kami untuk menegakkan salat, menunaikan zakat, berkata jujur, menjaga diri (dari perbuatan buruk, baik berupa ucapan maupun perbuatan) dan menyambung tali silaturahmi." Lalu Heraklius berkata kepada penerjemahnya: "Katakan kepadanya bahwa aku telah menanyakanmu tentang keturunan orang tersebut, lalu engkau jawab bahwa ia memiliki keturunan yang mulia. Begitulah para Rasul, yang mana mereka diutus di tengah keturunan kaumnya. Dan telah kutanyakan kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti apa yang dikatakannya, lalu kau jawab tidak ada. Seandainya ada orang sebelumnya yang mengatakan juga, tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal yang serupa (mengaku-ngaku Nabi -pent). Aku juga menanyakanmu apakah dari buyutnya ada yang dari keturunan raja, lalu kau jawab tidak ada. Aku katakan andai buyutnya ada dari keturunan raja, tentu orang ini pasti sedang menuntut kerajaan pendahulunya. Aku juga menanyakanmu apakah kalian pernah mendapati dirinya berdusta sebelum ia menyampaikan ajarannya, lalu engkau menjawabnya tidak. Aku benar-benar faham, bila kepada manusia saja ia tidak berani berdusta, terlebih lagi berdusta kepada Allah. Aku juga menanyakanmu, apakah para pengikutnya itu orang-orang yang terpandang atau orang-orang lemah, lalu engkau jawab bahwa yang mengikutinya adalah orang-orang lemah. Memang merekalah yang menjadi para pengikut Rasul. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, lalu engkau menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya, lalu kau jawab tidak ada. Dan memang begitulah keimanan bila telah melekat, akan tumbuh bersemi di dalam hati. Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dirinya mengingkari janji, lalu kau jawab tidak pernah. Begitulah para Rasul tidak pernah ingkar janji. Aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, lalu kau jawab bahwa ia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala. Ia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan salat, berkata jujur, menjaga diri (dari perbuatan buruk, baik berupa perkataan maupun perbuatan) dan menyambung tali silaturahmi. Seandainya semua apa yang engkau katakan ini benar, pasti ia akan menguasai singgasana yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa ia tidak akan ada di antara kalian sekarang ini. Seandainya aku tahu jalan untuk bisa menemuinya, tentu aku akan berusaha keras menemuinya, sehingga bila aku telah berada di sisinya, pasti aku akan basuh kedua kakinya." Kemudian Heraklius meminta surat Rasulullah ﷺ yang dibawa oleh Dihyah untuk Penguasa negeri Busra. Lalu surat tersebut diberikanlah kepada Heraklius, lantas ia baca isinya yang berbunyi, "Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya untuk Heraklius, penguasa Romawi. Keselamatan bagi siapapun yang mengikuti petunjuk. Kemudian daripada itu, aku mengajakmu dengan seruan Islam; masuklah Islam, niscaya engkau akan selamat. Allah akan memberi pahala kepadamu dua kali. Namun jika engkau berpaling, maka engkau akan menanggung dosa rakyatmu, dan (wahai ahlulkitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yaitu tidaklah kita menyembah kecuali kepada Allah semata dan tidaklah kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).'" Abu Sufyan meneruskan perkataannya: "Seusai Heraklius menyampaikan orasinya dan usai membaca surat tersebut, terjadilah hiruk pikuk dan suara-suara ribut, sehingga kamipun diusir. Aku berkata kepada teman-temanku setelah kami diusir keluar, 'Sungguh perkara Muhammad semakin memanas di kalangan mereka hingga membuat takut raja Romawi, sementara akupun meyakini bahwa Muhammad akan berjaya, hingga Allah ﷻ memasukkan aku ke dalam Islam.'" Dan Ibnu an-Nazhur, seorang penguasa negeri Iliya sekaligus sahabat Heraklius yang merupakan seorang uskup beragama Nasrani, ia pernah berkisah bahwa pada suatu hari, ketika Heraklius mengunjungi Iliya, dirinya terlihat sangat gelisah, lantas para pendeta mengomentarainya, "Sungguh kami tak biasa melihatmu seperti ini." Ibnu an-Nazhur melanjutkan kisahnya: "Heraklius adalah seorang peramal yang biasa memperhatikan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya, 'Pada suatu malam di mana ketika kuamati bintang-bintang, kulihat ada seorang raja yang berkhitan telah muncul. Siapakah sebenarnya di antara umat ini yang berkhitan?' Jawab para pendeta, 'Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi. Janganlah engkau risau karna mereka. Perintahkan saja ke seluruh negeri dalam kerajaanmu agar orang-orang Yahudi di negeri tersebut dibunuh.' Di tengah situasi perkara yang memuncak, datanglah kepada Heraklius seorang utusan raja Ghassan untuk menceritakan perihal Rasulullah ﷺ. Setelah Heraklius mengetahui informasi, ia memerintahkan agar utusan tersebut diperiksa, apakah ia berkhitan ataukah tidak. Seusai diperiksa, ternyata ia memang berkhitan. Lalu diberitahukanlah kabar tersebut kepada Heraklius. Lantas Heraklius bertanya kepadanya tentang orang-orang Arab yang lain, 'Apakah mereka seluruhnya berkhitan ataukah tidak?' Jawabnya, 'Orang Arab seluruhnya berkhitan.' Heraklius melanjutkan ucapannya, 'Dialah raja umat ini, sesungguhnya ia telah muncul.' Kemudian Heraklius berkirim surat kepada salah seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setara dengan Heraklius (untuk menceritakan perihal Nabi Muhammad ﷺ). Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Hims, namun sebelum tibanya di Himsh, balasan surat dari sahabatnya telah sampai kepadanya terlebih dahulu. Sahabatnya juga sependapat dengan Heraklius perihal seorang Nabi ﷺ yang telah muncul dan dialah memang seorang Nabi. Heraklius lalu mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Hims, setelah semuanya hadir dalam majelisnya, Heraklius memerintahkan agar supaya mengunci semua pintu. Kemudian ia berkata, 'Wahai bangsa Romawi, maukah kalian semua menginginkan kemenangan dan kemajuan yang gilang gemilang, sementara kerajaan tetap utuh di tangan kalian? Bila kalian menginginkan, akuilah Muhammad sebagai Nabi!' Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraklius putus harapan akan keimanan mereka dan dirinya (percaya kepada kenabian Muhammad). Lalu diperintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata, 'Sesungguhnya yang kuucapkan tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati kalian semua. Kini telah kulihat keteguhan itu.' Lalu mereka pun sujud di hadapan Heraklius dan mereka rida terhadapnya. Demikianlah akhir kisah Heraklius." Telah diriwayatkan oleh Shalih bin Kaysan, Yunus dan Ma'mar, dari az-Zuhri
عربي
(Arab Hijaiyah)ترجمة كل عبارة
(Terjemah per-frase)Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi 'Abdullah bin Az Zubair, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia mendengar Alqamah bin Waqqash Al Laitsi berkata: Aku mendengar Umar bin Al Khattab radliallahu 'anhu di atas mimbar berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya setiap perbuatan hanya tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya (memperoleh) sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada urusan duniawi, (maka Allah) memberinya (duniawi itu) atau kepada seorang wanita (untuk) menikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai hanya (dengan apa yang) dia (niatkan) berhijrah kepadanya."
"Sesungguhnya setiap perbuatan hanya tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya (memperoleh) sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada urusan duniawi, (maka Allah) memberinya (duniawi itu) atau kepada seorang wanita (untuk) menikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai hanya (dengan apa yang) dia (niatkan) berhijrah kepadanya."
dfghsfghsfgh
srthryhh
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi 'Abdullah bin Az Zubair, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim At Taimi, bahwa dia mendengar Alqamah bin Waqqash Al Laitsi berkata: Aku mendengar Umar bin Al Khattab radliallahu 'anhu di atas mimbar berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya setiap perbuatan hanya tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya (memperoleh) sesuai yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada urusan duniawi, (maka Allah) memberinya (duniawi itu) atau kepada seorang wanita (untuk) menikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai hanya (dengan apa yang) dia (niatkan) berhijrah kepadanya."
English
Jowo
Madura
Belum Tersedia